Para pengusaha biasanya wajib mengikuti kurva belajar yang tajam, berinovasi, dan terkadang belajar dari percobaan dan kesalahan yang lampau, dengan tujuan untuk bertahan di setiap rintangan di awal permulaan suatu usaha. Tidakkah akan lebih baik untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang merugikan yang disebabkan oleh percobaan dan kegagalan?
1. Menyingkirkan karyawan-karyawan utama. Selain kekayaan intelektual, aset yang paling penting di tahap awal sebuah perusahaan adalah karyawan-karyawan. Teknologi akuisisi terutamanya bersadarkan pada bakat dan teknologi (di usaha-usaha kecil, bakat lebih diutamakan). Perusahaan-perusahaan harus menghargai para karyawan berdasarkan asumsi yang dapat dibagi dengan karyawan lainnya, dan memberi insentif berupa promosi dan bonus untuk membalas usaha mereka. Dengan melakukan seperti berikut, anda dapat memastikan bahwa karyawan-karyawan anda bermoral tinggi dan mereka akan mengikuti anda kemanapun anda pergi tanpa syarat!
2. Menjual saham terlalu banyak kepada penanam-penanam modal. Pengusaha-pengusaha yang telah bekerja keras untuk membangun nilai perusahaan juga menyerahkan pengendalian perusahaan, dan hak-hak lainnya, di dalam investasi usaha. Hak-hak utama yang diserahkan oleh pengusaha termasuk penaksiran nilai usaha yang rendah, mengijinkan penanam modal untuk mengubah opsi saham mereka, dan memperlengkapi penanam modal dengan hak-hak istimewa.
3. Menciptakan ketidakadilan di antara pendiri-pendiri usaha. Para pengusaha harus memikirkan tentang pembagian kepemilikan ekuitas di antara para penemu usaha. Bila tidak, mereka akan menghabiskan banyak waktu dan masalah-masalah kepemilikan akan menciptakan perseteruan. Wiraswasta-wiraswastawan seringkali berfokus di dalam memulai bisnis sehingga masalah ini tidak sempat terpikirkan. Para pendiri usaha harus menyisihkan waktu di tahap awal usaha untuk membuat persetujuan tentang bagaimana bentuk struktur kepemilikan bisnis dengan tujuan untuk meluruskan insentif dan mengkompensasi secara adil atas usaha kerja di perusahaan, di masa lampau dan masa depan. Untuk memulai, cara yang paling mudah adalah dengan membagi kepemilikan ekuitas secara merata di antara pendiri-pendiri usaha, jadi setiap orang mendapatkan insentif secara adil untuk mengembangkan perusahaan. Akan tetapi, setiap orang mempunyai keahlian-keahlian, modal, koneksi, atau hal-hal bernilai lainnya yang berbeda, yang dapat menjelaskan adanya perbedaan persentase ekuitas yang dimiliki oleh setiap pendiri usaha.
4. Mengoptimalkan kesepakatan secara berlebihan. Untuk mencapai kesuksesan, seorang pengusaha wajib mengembangkan kesadaran akan waktu sehingga dia dapat mengetahui waktu yang tepat untuk meraih kesempatan yang hadir. Banyak pengusaha melewatkan kesempatan investasi karena mereka berpikir akan ada lebih banyak perjanjian yang lebih bernilai. Lalu tiba-tiba, tidak ada perjanjian yang lebih baik dan mereka di ambang kegagalan karena banyaknya biaya yang dikeluarkan yang hampir takterbendungi. Aturan pertama dalam mengumpulkan keuntungan adalah untuk menerima kesepakatan yang masuk akal sesegera mungkin. Tindakan inilah yang membedakan pengusaha yang bijak dari yang lainnya.
5. Membiarkan penasehat mengambil keuntungan. Di tahap awal sebuah perusahaan, para wiraswastawan terkadang membuat kesalahan dengan memberi saham hibah yang melimpah atau kepemilikan kepada “penasehat-penasehat” perusahaan, yang ternyata tidak begitu membawa banyak manfaat. Kami banyak melihat kejadian ini di tahap awal perusahaan, di mana pengusahanya terlalu terkesan dengan surat mandat calon penasehat. Pengusaha itu gagal dalam meneliti lebih lanjut apabila penasehat itu terlalu sibuk atau bukan penasehat yang tepat untuk bekerja di perusahaan. Bukan berarti penasehat semacam itu akan menjadi sumber kehancuran perusahaan, tetapi dapat menyebabkan hadirnya masalah-masalah yang tidak penting dalam usaha bisnis. Pastikan penasehat-penasehat anda berada dalam vesting schedule (hak-hak yang diberikan dari waktu ke waktu) dan jangan ragu-ragu untuk mengakhiri kerja sama mereka bila mereka tidak melaksanakan tugas secara baik.
6. Kurang siap sedia untuk bernegosiasi. Berikut ini adalah masalah klasik di mana seorang wiraswastawan menghadiri pertemuan atau negosiasi dengan seorang partner atau penanam modal, dan lalu memutuskan untuk melakukan seadanya tanpa persiapan. Ingatlah bahwa bila anda adalah seorang pengusaha pemula, seringkali anda hanya mempunyai satu kesempatan untuk mengutarakan perusahaan anda. Bila anda hadir tanpa persiapan, akan lebih baik bila anda menunda pertemuan sehingga anda tidak menghabiskan waktu anda dan pihak yang bersangkutan. Skenario terburuk, kejadian ini dapat membuat kabar negatif tentang perusahaan anda tersebar – contohnya, penanam modal seringkali berbagi pengetahuan tentang peluang-peluang investasi. Untuk mendapatkan hasil terbaik, anda sebaiknya menyiapkan waktu untuk mempersiapkan diri untuk menghadiri pertemuan dengan pengetahuan tentang kedudukan perusahaan anda, latar belakang partner atau pananam modal, pertanyaan-pertanyaan yang anda pikir akan ditujukan kepada anda, dan pernyataan bisnis atau investasi.
7. Menyembunyikan unsur-unsur lemah perusahaan. Banyak pengusaha biasanya menunggu sampai detik terakhir sebelum mengumumkan aspek-aspek lemah perusahaan seperti kemitraan strategis, pembiayaan, atau penjualan perusahaan itu. Dalam negosiasi, anda harus mengungkapkan semua kelebihan dan kekurangan perusahaan dengan tujuan semua pihak dapat membuat harapan-harapan tepat dalam negosiasi. Tindakan ini akan menunjukkan bahwa pengusaha itu berniat baik dalam negosiasi dan juga membangun kredibilitasnya. Memberikan hal-hal “baik dan buruk” juga menekankan unsur-unsur lemah dan cenderung untuk membuat semua pihak berfokus pada kesepakatan di segi materi. Meskipun sudah diperingatkan, banyak pengusaha memilih untuk menyembunyikan aspek-aspek negatif perusahaan, walaupun ini sama dengan bermain dengan api. Kasus terburuk, persetujuan dapat digagalkan pada detik terakhir, atau paling tidak, mengakibatkan partner atau penanam modal anda tidak puas akan persetujuan, dan merusak kerja sama jangka panjang antara pihak-pihak yang bersangkutan.
8. Kehilangan fokus akan hal-hal penting. Walaupun pokok ini berada dalam urutan terakhir, karena sebetulnya pokok ini sudah sangat jelas, kalau diabaikan dapat membuat kerugian yang besar pada perusahaan. Produk-produk, layanan-layanan, dan pelanggan-pelanggan perusahaan adalah, dan harus selalu menjadi fokus utama seorang pengusaha.
by: bisniskecil.com
0 comments:
Posting Komentar