peluang usaha

Kamis, 15 September 2011

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. “Bu, apa kita akan binasa? Kenapa langit tiba-tiba gelap?”, ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya.
Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut, “Anakku,” ucap sang induk kemudian. “Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik”, jelas induk katak sambil terus membelai. Anak katak itu pun mulai tenang. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang.

Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai beterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si anak katak kecil. “Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu?”, tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya. “Anakku, itu cuma angin”, ucap sang
induk tak terpengaruh keadaan. “Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!”, tambahnya begitu menyenangkan. Dan, anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan. “BLAAARRR!!!” suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan.
Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan bersembunyi di balik tubuh induknya, tapi juga gemetar. “Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!”, ucapnya sambil terus memejamkan mata. “Sabar, anakku!” ucapnya sambil terus membelai. “Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang!. Keluarlah. Pandangi tanda- tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang”, ungkap sang induk katak begitu tenang. Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, “Ibuuu, hujan datang. Hujan datang! Horreeee!!!”. *** Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.
Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis sama dengan anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin bertiup kencang dan suara serta kilatan petir yang menggelegar dan menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda- tanda hujan. Benar apa yang diucapkan induk katak, “Jangan takut melangkah. Jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi.

by: ochan

0 comments:

Posting Komentar